ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN
Bag. 1
makalah ini membahas tentang islam dalam konsep fazlur rahman, pada bagian 1 ini membahas tentang latar belakang, riwayat hidup fazlur rahman dan karya-karya fazlur rahman.
A. Latar Belakang
Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir yang cukup besar perhatian dan
pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam. Karena perhatiannya
tersebut, salah seorang muridnya di tanah air, Ahmad Syafii Ma’arif mengatakan
bahwa barangkali Fazlur Rahman-lah yang dipandang sebagai salah seorang yang
paling serius memikirkan persoalan Islam di antara pemikir kontemporer yang ada
jika diperhatikan kiprahnya yang dinamis dalam menggulirkan ide-ide
pembaharuannya demi membangkitkan dan mengembang-kan intelektualitas umat
Islam.[1]
Memang, diakui maupun tidak, gagasan-gagasannya
telah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan intelektual di
dunia Islam. Bahkan pengaruh pemikirannya begitu terasa di tanah air lewat
banyaknya karya Fazlur Rahman yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan ini setidaknya merupakan bukti bahwa ide-ide Fazlur Rahman
mendapat sambutan positif dan mempengaruhi umat Islam Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana riwayat hidup fazlur rahman?
2. Bagaimana karya-karya dari fazlur rahman?
3. Bagaimana pemikiran fazlur rahman tentang konsep islam?
C. Tujuan Pembahasan
Pembahasan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui riwayat hidup fazlur rahman.
2. Untuk mengetahui karya-karya dari fazlur rahman
3. Untuk mengetahui pemikiran fazlur rahman tentang konsep islam
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Fazlur Rahman
Fazlur Rahman
dilahirkan pada 21 Sep-tember 1919 M/1338 di distrik Hazara, Punjab, suatu
daerah di anak benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di sebelah barat laut
Pakistan.[2] Ia
dibesarkan dalam suatu keluaraga dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang
cukup kuat. Oleh karenanya, sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah
terbiasa menjalankan ritual-ritual agama, seperti shalat dan puasa se-cara
teratur sejak masa kecilnya dan tidak pernah meninggalkannya.[3]
Dasar pemahaman
keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari ayahnya yang
bernama Maulana Shihab ad-Din, seorang ulama tradisional kenamaan
lulusan Dar al-‘Ulum, Deoband. Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah
seorang ulama modern, meskipun terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional. Pengertian tradisional
disini adalah kepenganutan seseorang terhadap salah satu mazhab fiqh yang
empat: Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Dalam hal ini corak keberagamaan
ayah Fazlur Rahman mengikut faham Hanafi.
Ayahnya ini memiliki
keyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan
kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi. Keyakinan seperti ini pulalah yang
kemudian dimiliki dan mewarnai kehidupan dan pemikiran Fazlur Rahman.[4]
Bekal dasar tersebut di
atas memiliki pengaruh signifikansi yang cukup berarti dalam pembentukan
kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa selanjutnya.
Melalui didikan ayahnya, Fazlur Rahman menjadi sosok yang cukup tekun untuk
menimba pengetahuan dari berbagai sumber dan media, termasuk karya-karya
Barat.Pengajaran dan pendidikan tradisional ilmu-ilmu keislaman pada waktu
kecil beliau terima dari ayahnya Maulana Shihab ad-Din di rumah. Pada
usia 10 tahun, Rahman pun dapat menghafal Alquran. Selanjutnya
pada usia 14 tahun, ia sudah mulai belajar filsafat, bahasa
Arab, teologi, hadis dan tafsir. Apalagi setelah beliau menguasai beberapa
bahasa asing, seperti bahasa Persia, Urdu, Inggris, Perancis, Jerman, Latin dan
Yunani, semakin memperteguh kualitas intelek-tualitasnya.[5]
Pengaruh ayah dan
ibunya tersebut sangat kuat dalam membentuk kerangka pemikiran dan pengamalan
keagamaan Fazlur Rahman. Sang ayah yang dididik dalam pola pemikiran Islam
tradisional namun toleran terhadap nilai-nilai modernitas sebagai kenyataan
sehari-hari. Dari ibunya diajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang,
ketabahan dan cinta. Kedua orangtuanya ini ikut memberikan bekal yang cukup
signifikan dan mendasar terhadap pembentukan kepribadian dan keintelektualan
Fazlur Rahman pada masa selanjutnya.
Hal lain yang
mempengaruhi Fazlur Rahman adalah tradisi mazhab Hanafi yang dianut oleh
keluarganya dan ini yang membentuk pola pemikirannya dalam hal keagamaan.
Tradisi mazhab Hanafi dikenal sebagai salah satu mazhab Sunni yang
mengedepankan akal-logika. Ini menjadi modal landasan berpikir Fazlur Rahman
untuk selalu berada di lajur pemikiran keagamaan yang bercorak rasional.
Meskipun demikian, beliau tidak mau dikungkung oleh satu mazhab tertentu.[6]
Pemikiran keagamaan
Fazlur Rahman juga banyak dipengaruhi pola pemikiran kalangan modernis dan
sedikit tokoh-tokoh liberal Pakistan sebelumnya sebagaimana yang diajarkan oleh
Syah Waliyullah ad-Dihlawi (1703-1762 M), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898
M), Sayyid Amir Ali (1849-1928 M), dan Muhammad Iqbal (1977-1938
M), pada masa ini umat Islam di India sedang bergejolak dan berjuang
membentuk negara sendiri yang bebas dari India, yaitu suatu negara yang
berlandaskan ajaran Islam.[7]
Pada tahun 1940, Fazlur
Rahman menyelesaikan studinya pada program Bachelor of Art. Dan dua tahun
kemudian ia meraih gelar Master dalam bahasa Arab. Kedua gelar ini diperolehnya
dari Universitas Punjab, Lahore. Namun gelar yang diperoleh dari perguruan tinggi
di anak-benua India itu tampaknya lebih bersifat formalitas-akademia
dibandingkan dengan aspeknya yang bersifat intelektual. Hal ini terbukti dari
pernyataannya sendiri bahwa Pakistan tidak dapat menciptakan suatu
dasar intelektual. tentunya yang dimaksudkan dengan pernyataan-nya
itu ialah dalam pengertian dasar intelektual yang memadai. Kritiknya terhadap
sistem pendidikan Islam tercermin dari ungkapannya berikut: “Bila bahan bakar
minyak bumi lenyap dari dunia, mungkin ada gantinya. Tetapi bila Islam yang
lenyap, gantinya tidak akan ada lagi.” Hal ini menunjukkan komitmen dan
keprihatinan Fazlur Rahman terhadap kondisi pen-didikan dan intelektual umat
Islam pada masa itu.[8]
1. Pengembaraan Intelektual Pertama
Setelah memperoleh
gelar Master of Art dari Universitas Punjab pada tahun 1946, ia melanjutkan
studi ke Universitas Oxford Inggris, walaupun pada saat itu terdapat anggapan
di kalangan umat Islam bahwa belajar ke Barat adalah sesuatu yang naif. Namun
Fazlur Rahman tetap pada pendiriannya didasarkan atas ketidakpuasannya terhadap
mutu pendidikan di negara-negara muslim, termasuk di Pakistan.[9]
Di sini, selain
mengikuti kuliah, Rahman aktif belajar bahasa-bahasa Barat, seperti bahasa
Inggris, Yunani, Latin, Jerman, dan Perancis. Kemampuannya yang cepat menguasai
berbagai bahasa sangat membantu memperluas wawasan keilmuannya, khususnya dalam
studi-studi Islam melalui penelusuran terhadap literatur yang ditulis para
orientalis dalam bahasa-bahasa mereka.[10]
Ketika Pakistan
memisahkan diri dari India pada tanggal 14 Agustus 1947 dengan konsep dasar
negara Islam, Fazlur Rahman kebetulan sedang menempuh studinya di Oxford
University. Itulah sebab nantinya, ketika Ayub Khan tampil sebagai presiden
Pakistan melalui suatu kudeta militer, ia berusaha mengakomodir pemikiran
tokoh-tokoh Islam konservatif maupun modernis yang salah satunya adalah Fazlur
Rahman.
Dalam waktu yang relatif singkat Fazlur Rahman menyelesaikan studinya pada
tahun 1949 dengan meraih gelar Philosophy of Doctor (Ph.D) di bawah bimbingan
S. Van den Bergh dan Hamilton A. R Gibb dengan disertasi mengenai pemikiran Ibn
Sina berjudul Avicenna’s Psychology. Pada tahun 1952, ia menerbitkan
terjemahannya terhadap salah satu karya monumental Ibn Sina, yakni kitab
al-Najat,[11]
sehingga mengangkat reputasinya di kalangan sarjana ketimuran.
Setelah meraih gelar
doktor, Fazlur Rahman tidak langsung kembali ke negerinya Pakistan, karena ia
cemas terhadap kondisi negerinya ketika itu agak sulit menerima kehadiran
seorang sarjana keislaman dari Barat.[12] Ia
kemudian memutuskan untuk tinggal selama beberapa tahun di Barat dengan
mengajar di Universitas Durham, Inggris. Ketika mengajar di Universitas ini, ia
berhasil merampungkan karyanya Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy,
yang diterbitkan pertama kali tahun 1958.
Karya ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa selama ini sarjana modern yang mengkaji
pemikiran keagamaan umat Islam kurang menaruh perhatian terhadap doktrin
kenabian, dan lebih terpusat pada masalah-masalah legal dan sosial praktis.
Itulah sebabnya, karya Rahman ini memfokuskan perhatian pada area pemikiran
religio-filosofis Islam tersebut.[13]
Selanjutnya Fazlur Rahman pindah dan mengajar di Institute of Islamic
Studies, McGill University, Kanada dan menjabat Associate Professor of
Philopsophy sampai awal tahun 1960, di sini ia berkenalan dengan Wilfred C.
Smith, salah seorang orientalis kenamaan yang ketika itu menjabat sebagai
Direktur Institute of Islamic Studies, McGill University.
2. Mengabdi di Tanah Air
Pada tahun 1960, Fazlur
Rahman kembali ke Pakistan karena diminta oleh Ayub Khan, Presiden Pakistan
untuk ikut berpartiaipasi dalam mem-bangun negara Pakistan.[14] Ketika
itu, Pakistan menghadapi kontroversi antara kelompok
tradisionalis-fundamentalis dengan kelompok modernis.[15] Presiden
Ayub Khan, menunjuknya sebagai Direktur pada lembaga penelitian Institute of
Islamic Research, yang berkedudukan di Karachi. Melalui lembaga ini, Rahman
memprakarsai penerbitan Journal Islamic Studies, yang hingga sekarang secara
berkala masih terbit dan merupakan jurnal ilmiah setaraf internasional.
Pada tahun 1962
ketika Fazlur Rahman diminta Presiden Ayyub Khan untuk memimpin Lembaga Riset
Islam (Islamic Research Institute), dan tahun 1964 sebagai anggota Dewan
Penasehat Ideologi Islam (The Advistory Council of Islamic Ideology), ia
berusaha mengabdikan dirinya mewujudkan cita-cita tersebut, yaitu membangkitkan
kembali visi Alquran dari puing-puing reruntuhan sejarah.[16]
Sepanjang tahun 1968,
terjadi kerusuhan dan pemogokan di mana-mana yang mengungkapkan keberatan masyarakat
terhadap pandangan Fazlur Rahmantentang; (1) Sunnah dan Hadis di mana ia
mempertahankan kesahihan dan kenormatifan Sunnah Nabi. (2) Penyembelihan
hewan secara mekanis. Pada musim semi tahun 1967, Fazlur Rahman menerima surat
dari Kantor Komisaris Tinggi Pakistan di London yang mengabarkan bahwa,
pemerintah Inggris meminta Pakistan untuk membuka usaha penyembelihan hewan
secara mekanis. Fazlur Rahman kemudian membalas surat tersebut dan
mengemukakan bahwa hewan hasil sembelihan mekanis itu halal, serta melampirkan
teks fatwa Imam Syafi'i. Namun, secara tidak terduga isi surat Fazlur Rahman
itu terbit di media cetak Pakistan tanggal 23 September 1967, sehingga sebagian
besar khatib Jum'at mengutuk pandangannya itu.
Menanggapi hal itu, bulan September 1968 Fazlur
Rahman mengundurkan diri sebagai Direktur Lembaga Riset Islam. Pada
tahun 1969, ia juga melepaskan keanggotaannya dari Dewan Penasihat
Ideologi Islam. Karena ada tawaran mengajar dari University
of California, Los Angeles (UCLA), akhirnya mendorong Fazlur Rahman untuk
berhijrah ke Amerika, sebagai aktualisasi pemikiran kelak.
3. Pengembaraan Intelektual Kedua
Salah satu alasan
hijrahnya Fazlur Rahman ke Los Angeles, Amerika Serikat dapat dilacak pada
sikapnya yang realistis dan sekaligus idealis. la menyadari gagasan-gagasan
yang ditawarkannya tidak pernah menemukan lahan yang subur di
Pakistan. Padahal menurut tokoh ini, vitalitas karya intelektual sangat
tergantung pada suatu lingkungan intelektual yang bebas. Gagasan yang bebas dan
gagasan itu sendiri adalah dua kata yang sinonim. Suatu gagasan tidak akan
pernah survive tanpa adanya kebebasan. Jadi, pemikiran atau gagasan tentang
lslamsama dengan pemikiran yang lain menuntut adanya kebebasan di mana dalam
kondisi itu perbedaan pendapat, konfrontasi pandangan, dan perdebatan antara
ide-ide itu dapat dijamin.[17]
Selama di Chicago,
Fazlur Rahman mencoba mencurahkan seluruh aktivitas kehidupannya pada dunia
keilmuan. Seluruh kegiatannya hanya berkisar pada aktivitas yang berkaitan
secara langsung dengan aspek keilmuan. Bahkan kehidupannya banyak dihabiskan di
perpustakaan pribadinya yang terletak di basement rumahnya yang
terletak di Neperville, kurang lebih 70 kilometer dari Universitas Chicago. la
sendiri dengan bercanda menggambarkan dirinya seperti seekor ikan yang naik ke
atas hanya untuk mendapatkan udara.[18]
Konsistensi dan
kesungguhan Fazlur Rahman dalam dunia intelektual dapat dibuktikan dari
pengakuan lembaga keilmuan yang berskala internasional. Misalnya, pada tahun
1983 ia menerima penghargaan Giorgio Levi Della Vida dari Gustave E. Von
Grunebaum Center for Near Eastern Studies, Universitas California, Los Angeles.
Fazlur Rahman adalah orang Islam pertama dan satu-satunya (sampai meninggalnya)
yang menerima penghargaan itu.
Pada pertengahan dasawarsa delapan puluhan kesehatan Fazlur Rahman mulai
terganggu karena penyakit kencing manisdan jantung yang dideritanya.
Bahkan ketika dokter pribadinya telah memberikan lampu kuning agar mengurangi
kegiatannya, ia tetap memenuhi undangan pemerin-tah Republik Indonesia pada
musim panas 1985. Di Indonesia, Fazlur Rahman tinggal selama 2 bulan,
melihat keadaan Islam di negeri ini sambil beraudiensi, berdiskusi,
dan memberi kuliah di beberapa tempat. Akhirnya, pada tanggal 26 Juli
1988 ia wafat di Amerika Serikat dalam usia 69 tahun setelah beberapa lama
sebelumnya ia dirawat diRumah Sakit Chicago.[19]
B. Karya-Karya Fazlur Rahman
Kajian dan penelusuran
terhadap karya-karya Fazlur Rahman dianggap perlu dalam rangka mencari benang
merah gagasan dan pemikirannya yang dibahas dalam tulisan ini. Dalam pembahasan
ini, karya-karya yang dihasilkannya yang lebih dari seratus buah, tidak akan
diungkap dan dijelaskan semua. Pembahasan hanya ditekankan kepada beberapa
karyanya yang dianggap mewakili gagasan sentralnya.
Karya orisinal pertama
Fazlur Rahman yang berbentuk buku adalah Prophecy in Islam: Philosophy and
Orthodoxy, yang diterbitkan oleh George Allen and Unwire Ltd., London pada
tahun 1958. Dalam buku ini, ia membandingkan antara pandangan kaum
filosof dan ahli kalam atau teolog ortodoks mengenai konsep kenabian dan wahyu.
Kemudian, karya Fazlur Rahman bersifat historis adalah bukunya yang
berjudul Islamic Methodology in History, yang pada mulanya ditulis dalam bentuk
artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Islamic Studies, mulai
bulan Maret 1962 sampai juni 1963, ketika ia di Pakistan. Karya ini
bertujuan untuk memperlihatkan evolusi historis terhadap aplikasi
prinsip-prinsip dasar pemikiran Islam yang empat: Alquran, Sunnah, ijtihad, dan
ijma', yang menjadi kerangka bagi semua pemikiran Islam, selain untuk
menunjukkan peran aktual keempat unsur tersebut dalam perkembangan
Islam.
Buku Fazlur
Rahman yang lain Islam, ia berusaha menjadikan Islam sebagai
agama yang 'hidup' melalui pembedaan antara yang normatif dan historis. Buku
ini diterbitkan pertama kali tahun 1966 oleh Holt, Rinehart dan Winson. Pada
tahun 1968, kembali diterbitkan pada edisi The Anchor Book tanpa ada perubahan.
Kemudian pada tahun 1979 terbit edisi kedua yang diberi tambahan epilog.[20]
Dalam buku ini, Fazlur
Rahman menyajikan perkembangan Islam selama empat belas abad perjalanan
sejarahnya. la mengawali bahasannya dari sejarah Nabi Muhammad, kemudian
dilanjutkan tentang Alquran, sunnah, hukum, teologi, filsafat, sufisme, sekte-sekte,
pendidikan, serta gerakan pembaharuan, dan kemudian diakhiri dengan analisis
kritis terhadap warisan Islam.
Setelah menulis
tentang Ibn Sina pada awal kehidupan intelektualnya, Fazlur Rahman
kemudian melahirkan karya berjudul The Philosophy of Mulla Shadra. Melalui buku
yang diterbitkan pertama kali oleh State University of New York Press pada
tahun 1975 itu, dia memperkenalkan secara kritis dan analitis dari
pemikiran religio filosofis Mulla Shadra (w. 1460
M), salah satu tokoh filsafat Islam.
Sebagai seorang
intelektual Muslim, Fazlur Rahman berupaya tanpa henti untuk mencari metode
yang tepat dalam menangkap arti Alquran secara utuh dan sistematis, yang
melahirkan karyanya berjudul Major Themes
of the Qur'an, yangedisi pertama diterbitkan pada tahun 1980
oleh Bibliotheca Islamica, Minneapolia, Chicago. Dalam setup wacana
intelektual Fazlur Rahman, Alquran selalu dijadikan sebagai sumber rujukan
utama. Wacana ini kembali digaungkannya dalam karya Islam and
Modernity. Transforma-tion of an Intellectual Tradition, yang diterbitkan
pertama kali oleh the University of Chicago Press, 1982.[21]
Fazlur Rahman kemudian
mengangkat masalah kesehatan dan pengobatan dalam perspektif Islam melalui
karyanya Health and Medicine in the Islamic Tradition: Change and
Identity, yang diterbitkan pertama kali oleh Crossroad, New York, tahun
1987, sebagai karya terakhir, dan lanjutan dari nilai yang terdapat pada
karya-karya sebelumnya. Dalam buku ini ia menunjukkan sikap dan pandangan
positif Islam dalam menangani masalah-masalah dasar ke-hidupan umat
manusia. Fokus perhatiannya diletakkan pada bidang kesehatan, pemeliharaan dan
pengobatan.
Selain karya yang
berbentuk buku di atas, masih banyak lagi karya Fazlur Rahman yang lain berupa
artikel-artikel yang diterbitkan dalam berbagai jurnal ilmiah. Tidak diragukan
lagi, bahwa Fazlur Rahman telah memberikan kontri-busi yang cukup berharga
bagi pengembangan wacana keislaman modern. Bila ditelusuri lebih lanjut,
minimal ada lima aspek yang ditinggalkannya terhadap kajian Islam, khususnya di
Amerika Serikat.
Pertama, Fazlur Rahman mampu menggabungkan antara tradisionalisme Islam
Sunni, modernisme Islam dan skolastisisme Barat. Kedua, dalam mencari
kebenaran, Fazlur Rahman melakukan inovasi secara berani dan apresiatif di antara
sikap Islam dan sikap Barat. Ketiga, ia mengenalkan metodologi
pengkajian Islam yang bersifat interdisipliner. Keempat, dengan sikapnya
yang gentle, spirit dan intelektulitasnya yang tajam, menjadikan Fazlur Rahman
dan pemikiran-nya diterima secara luas dalam pengkajian Islam di
Amerika Serikat. Kelima, dia telah meninggal-kan warisan pemikiran
kepada muridnya yang tersebar di berbagai universitas dan perguruan
tinggi Amerika Serikat dan Kanada. Melalui murid-muridnya, gagasan-gagasan
yang pernah dikemukakan Fazlur Rahman terus berkembang sampai saat ini.
Dengan lima varian yang ditinggalkannya itu, Fazlur Rahman menjadi salah
satu tokoh yang cukup berpengaruh di dunia Islam dan Barat.
baca kelanjutan makalah di: ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN Bag. 2
[1]Ahmad Syafi’I Ma’arif, Fazlur Rahman,
al-Qur'an dan Pemikirannya dalam Islam, Edisi Indonesia, Pustaka, Bandung, 1984.
[2] Taufik Adnan Amal
(Peny.), Metode dan Altematif Neo-Modernisme Islam Fazlur Rahman
(Bandung: Mizan, 1993), h. 13.
[3] Fazlur Rahman, Islam,
(Chicago & London: university of Chicago Press; Scond Edition, 1979), h.
35.
[4] Abd. A’la, Dari
Neomodernisme ke Islam Liberal: jejak Fazlur Rahman dalam wacana islam
indonesia (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2003), h. 33
[5] Nurcholish Madjid, “Fazlur Rahman dan Rekonstruksi Etika Al-Qur’an”
dalam Islamika, No. 2, Oktober-Desember, 1993, h. 23-24
[7] Harun Nasution, Pembaharuan
dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
h. 181. Lihat juga, Djohan Effendi,
Pengantar ke Pemikiran Iqbal (Bandung: Mizan, 1985), h. 13.
[9] Ketika Fazlur Rahman
sudah berada di Inggris, ia pernah ditanya oleh seorang pendeta Hindu S.
Radhakrisna: “Mengapa anda tidak ke Mesir saja, tapi malah ke Oxford” Rahman
menjawab: “Studi-studi islam di sana tidak sama kritisnya dengan India.” Lihat
Fazlur Rahman, Islam dan Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago press, 1982), h.120
[10] Walaupun Fazlur Rahman
banyak menimba ilmu pengetahuan dari sarjana-sarjana barat, tapi ia sangat
kritis dengan pandangan-pandangan mereka yang berhubungan dengan Islam dan umat
Islam. Taufik Adnan Amal dan Ihsan Ali Fauzi, Fazlur Rahman, Sang Sarzana
Sang Pemikir (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1998), h. 10.
[11] Kitab
al-Najat adalah ringkasan Ibn Sina sendiri terhadap karya agung,
al-Syifa’. Lihat Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi
Atas Pemikiran Hukum Falur Rahman (Bandung: Mizan, 1993), h. 82.
[17] Rahman, Islam and
Modernity..., h. 125, juga Fazlur Rahman, “Mengapa saya hengkang dari
Pakistan” dalam Islamika, No.2 (Oktober-Desember 1993), h. 17.
[18] Wan Mohd. Nor Wan Daud,
“ Fazlur Rahman: Kesan Seorang Murid dan Teman,” dalam Ulumul Quran, Vol.
II, (No. 8,1991), h. 108.
[20] Lihat Ahmad Syafi’i
Ma’rif, dalam Kata Pengantar untuk buku Fazlur Rahman, Islam, terj.
Senoaji Saleh, (Jakarta: Bumi Aksara. 1987), h. viii.
0 Response to "ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN Bag. 1 (makalah lengkap)"
Post a Comment