NABI MUHAMMAD PEMBAWA BERKAH

"NABI MUHAMMAD PEMBAWA BERKAH"

Berkah dari bahasa Arab "al-barakah." Kata ini memiliki makna 'subut asy-syay' ( menetapnya sesuatu ) atau 'az-ziyadah wa an-nama' ( bertambah dan berkembang ). Dalam Al-Quran, kata al-barakah disebut sebanyak 32 kali. Pakar bahasa Al-Quran, ar-Ragib al-Asfahani, menjelaskan al-barakah "Kebaikan Allah yg menetap pada sesuatu." Menurut para pakar tafsir : " Kendati Al-Quran tdk menyebut secara tegas Rasulullah SAW adalah sosok yg diberkahi, tetapi sosok beliau yg di pilih ALLAH SWT. utk menyampaikan pesan-pesan Al-Quran kitab suci yg diberkahi, menjadikannya sebagai sumber utama keberkahan dari ALLAH. Keberkahan-Nya melekat pada diri Rasul."  Imam al-Bukhari, menceritakan perlakuan para sahabat Nabi kpd Rasulullah, antara lain; " Setiap kali Nabi berwudu mereka ( para sahabat ) berebut sambil berdesak-desakan utk mengambil sisa air wudu Nabi. " Dalam hadis sahih riwayat Imam al-Tabrani dlm al-Mu'jam al-Kabir ( 2/4 ) dan al-Hakim dikisahkan, "Khalid bin Walid kehilangan peci saat Perang Yarmuk. Dia ngotot minta dicarikan sampai ketemu. Dia pun bercerita bahwa pada saat Nabi Umrah dan mencukur rambutnya, para sahabat berebut utk mendapatkan potongan rambut beliau. Khalid bin al-Walid mendapat potongan rambut beliau dan disimpan di peci yg hilang itu. Peci itu dipakainya setiap kali perang, dan dg berkahnya dia selalu menang dlm setiap perang Fisabilillah." Banyak kitab-kitab hadis yg sohih menceritakan keberkahan sosok beliau sebagai Rasul. Oleh karnanya bila kita menghidupkan dan mengamalkan sunah-sunahnya juga akan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.

Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.

Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.

Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.

Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai kelahiran sosok pemimpin.

Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Kontekstualisasi peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja, melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.



Related Posts:

0 Response to "NABI MUHAMMAD PEMBAWA BERKAH"