ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN Bag. 1 (makalah lengkap)

ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN
Bag. 1

makalah ini membahas tentang islam dalam konsep fazlur rahman, pada bagian 1 ini membahas tentang latar belakang, riwayat hidup fazlur rahman dan karya-karya fazlur rahman.
A.  Latar Belakang
Fazlur Rahman merupakan seorang pemikir yang cukup besar perhatian dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan kemajuan umat Islam. Karena perhatiannya tersebut, salah seorang muridnya di tanah air, Ahmad Syafii Ma’arif mengatakan bahwa barangkali Fazlur Rahman-lah yang dipandang sebagai salah seorang yang paling serius memikirkan persoalan Islam di antara pemikir kontemporer yang ada jika diperhatikan kiprahnya yang dinamis dalam menggulirkan ide-ide pembaharuannya demi membangkitkan dan mengembang-kan intelektualitas umat Islam.[1]
Memang, diakui maupun tidak, gagasan-gagasannya telah memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan intelektual di dunia Islam. Bahkan pengaruh pemikirannya begitu terasa di tanah air lewat banyaknya karya Fazlur Rahman yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan ini setidaknya merupakan bukti bahwa ide-ide Fazlur Rahman mendapat sambutan positif dan mempengaruhi umat Islam Indonesia.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana riwayat hidup fazlur rahman?
2.    Bagaimana karya-karya dari fazlur rahman?
3.    Bagaimana pemikiran fazlur rahman tentang konsep islam?
C.  Tujuan Pembahasan
Pembahasan makalah ini bertujuan:
1.    Untuk mengetahui riwayat hidup fazlur rahman.
2.    Untuk mengetahui karya-karya dari fazlur rahman
3.    Untuk mengetahui pemikiran fazlur rahman tentang konsep islam



PEMBAHASAN

A.  Riwayat Hidup Fazlur Rahman
Fazlur Rahman dilahirkan pada 21 Sep-tember 1919 M/1338 di distrik Hazara, Punjab, suatu daerah di anak benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di sebelah barat laut Pakistan.[2] Ia dibesarkan dalam suatu keluaraga dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang cukup kuat. Oleh karenanya, sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah terbiasa menjalankan ritual-ritual agama, seperti shalat dan puasa se-cara teratur sejak masa kecilnya dan tidak pernah meninggalkannya.[3]
Dasar pemahaman keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari ayahnya yang bernama Maulana Shihab ad-Din, seorang ulama tradisional kenamaan lulusan  Dar al-‘Ulum, Deoband. Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah seorang ulama modern, meskipun terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional. Pengertian tradisional disini adalah kepenganutan seseorang terhadap salah satu mazhab fiqh yang empat: Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Dalam hal ini corak keberagamaan ayah Fazlur Rahman mengikut faham Hanafi.
Ayahnya ini memiliki keyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi. Keyakinan seperti ini pulalah yang kemudian dimiliki dan mewarnai kehidupan dan pemikiran Fazlur Rahman.[4]
Bekal dasar tersebut di atas memiliki pengaruh signifikansi yang cukup berarti dalam pembentukan kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa selanjutnya. Melalui didikan ayahnya, Fazlur Rahman menjadi sosok yang cukup tekun untuk menimba pengetahuan dari berbagai sumber dan media, termasuk karya-karya Barat.Pengajaran dan pendidikan tradisional ilmu-ilmu keislaman pada waktu kecil beliau terima dari ayahnya Maulana Shihab ad-Din di rumah. Pada usia 10 tahun, Rahman pun dapat menghafal Alquran. Selanjutnya pada usia 14 tahun, ia sudah mulai belajar filsafat, bahasa Arab, teologi, hadis dan tafsir. Apalagi setelah beliau menguasai beberapa bahasa asing, seperti bahasa Persia, Urdu, Inggris, Perancis, Jerman, Latin dan Yunani, semakin memperteguh kualitas intelek-tualitasnya.[5]
 Pengaruh ayah dan ibunya tersebut sangat kuat dalam membentuk kerangka pemikiran dan pengamalan keagamaan Fazlur Rahman. Sang ayah yang dididik dalam pola pemikiran Islam tradisional namun toleran terhadap nilai-nilai modernitas sebagai kenyataan sehari-hari. Dari ibunya diajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, ketabahan dan cinta. Kedua orangtuanya ini ikut memberikan bekal yang cukup signifikan dan mendasar terhadap pembentukan kepribadian dan keintelektualan Fazlur Rahman pada masa selanjutnya.
Hal lain yang mempengaruhi Fazlur Rahman adalah tradisi mazhab Hanafi yang dianut oleh keluarganya dan ini yang membentuk pola pemikirannya dalam hal keagamaan. Tradisi mazhab Hanafi dikenal sebagai salah satu mazhab Sunni yang mengedepankan akal-logika. Ini menjadi modal landasan berpikir Fazlur Rahman untuk selalu berada di lajur pemikiran keagamaan yang bercorak rasional. Meskipun demikian, beliau tidak mau dikungkung oleh satu mazhab tertentu.[6]
Pemikiran keagamaan Fazlur Rahman juga banyak dipengaruhi pola pemikiran kalangan modernis dan sedikit tokoh-tokoh liberal Pakistan sebelumnya sebagaimana yang diajarkan oleh Syah Waliyullah ad-Dihlawi (1703-1762 M), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayyid Amir Ali (1849-1928 M), dan Muhammad Iqbal (1977-1938 M), pada masa ini umat Islam di India sedang bergejolak dan berjuang membentuk negara sendiri yang bebas dari India, yaitu suatu negara yang berlandaskan ajaran Islam.[7]
Pada tahun 1940, Fazlur Rahman menyelesaikan studinya pada program Bachelor of Art. Dan dua tahun kemudian ia meraih gelar Master dalam bahasa Arab. Kedua gelar ini diperolehnya dari Universitas Punjab, Lahore. Namun gelar yang diperoleh dari perguruan tinggi di anak-benua India itu tampaknya lebih bersifat formalitas-akademia dibandingkan dengan aspeknya yang bersifat intelektual. Hal ini terbukti dari pernyataannya sendiri bahwa Pakistan tidak dapat menciptakan suatu dasar intelektual. tentunya yang dimaksudkan dengan pernyataan-nya itu ialah dalam pengertian dasar intelektual yang memadai. Kritiknya terhadap sistem pendidikan Islam tercermin dari ungkapannya berikut: “Bila bahan bakar minyak bumi lenyap dari dunia, mungkin ada gantinya. Tetapi bila Islam yang lenyap, gantinya tidak akan ada lagi.” Hal ini menunjukkan komitmen dan keprihatinan Fazlur Rahman terhadap kondisi pen-didikan dan intelektual umat Islam pada masa itu.[8]
1.    Pengembaraan Intelektual Pertama
Setelah memperoleh gelar Master of Art dari Universitas Punjab pada tahun 1946, ia melanjutkan studi ke Universitas Oxford Inggris, walaupun pada saat itu terdapat anggapan di kalangan umat Islam bahwa belajar ke Barat adalah sesuatu yang naif. Namun Fazlur Rahman tetap pada pendiriannya didasarkan atas ketidakpuasannya terhadap mutu pendidikan di negara-negara muslim, termasuk di Pakistan.[9]
 Di sini, selain mengikuti kuliah, Rahman aktif belajar bahasa-bahasa Barat, seperti bahasa Inggris, Yunani, Latin, Jerman, dan Perancis. Kemampuannya yang cepat menguasai berbagai bahasa sangat membantu memperluas wawasan keilmuannya, khususnya dalam studi-studi Islam melalui penelusuran terhadap literatur yang ditulis para orientalis dalam bahasa-bahasa mereka.[10]
Ketika Pakistan memisahkan diri dari India pada tanggal 14 Agustus 1947 dengan konsep dasar negara Islam, Fazlur Rahman kebetulan sedang menempuh studinya di Oxford University. Itulah sebab nantinya, ketika Ayub Khan tampil sebagai presiden Pakistan melalui suatu kudeta militer, ia berusaha mengakomodir pemikiran tokoh-tokoh Islam konservatif maupun modernis yang salah satunya adalah Fazlur Rahman.
Dalam waktu yang relatif singkat Fazlur Rahman menyelesaikan studinya pada tahun 1949 dengan meraih gelar Philosophy of Doctor (Ph.D) di bawah bimbingan S. Van den Bergh dan Hamilton A. R Gibb dengan disertasi mengenai pemikiran Ibn Sina berjudul Avicenna’s Psychology. Pada tahun 1952, ia menerbitkan terjemahannya terhadap salah satu karya monumental Ibn Sina, yakni kitab al-Najat,[11] sehingga mengangkat reputasinya di kalangan sarjana ketimuran.
Setelah meraih gelar doktor, Fazlur Rahman tidak langsung kembali ke negerinya Pakistan, karena ia cemas terhadap kondisi negerinya ketika itu agak sulit menerima kehadiran seorang sarjana keislaman dari Barat.[12] Ia kemudian memutuskan untuk tinggal selama beberapa tahun di Barat dengan mengajar di Universitas Durham, Inggris. Ketika mengajar di Universitas ini, ia berhasil merampungkan karyanya Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy, yang diterbitkan pertama kali tahun 1958.
Karya ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa selama ini sarjana modern yang mengkaji pemikiran keagamaan umat Islam kurang menaruh perhatian terhadap doktrin kenabian, dan lebih terpusat pada masalah-masalah legal dan sosial praktis. Itulah sebabnya, karya Rahman ini memfokuskan perhatian pada area pemikiran religio-filosofis Islam tersebut.[13]
Selanjutnya Fazlur Rahman pindah dan mengajar di Institute of Islamic Studies, McGill University, Kanada dan menjabat Associate Professor of Philopsophy sampai awal tahun 1960, di sini ia berkenalan dengan Wilfred C. Smith, salah seorang orientalis kenamaan yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Institute of Islamic Studies, McGill University.
2.    Mengabdi di Tanah Air
Pada tahun 1960, Fazlur Rahman kembali ke Pakistan karena diminta oleh Ayub Khan, Presiden Pakistan untuk ikut berpartiaipasi dalam mem-bangun negara Pakistan.[14] Ketika itu, Pakistan menghadapi kontroversi antara kelompok tradisionalis-fundamentalis dengan kelompok modernis.[15] Presiden Ayub Khan, menunjuknya sebagai Direktur pada lembaga penelitian Institute of Islamic Research, yang berkedudukan di Karachi. Melalui lembaga ini, Rahman memprakarsai penerbitan Journal Islamic Studies, yang hingga sekarang secara berkala masih terbit dan merupakan jurnal ilmiah setaraf internasional.
Pada tahun 1962 ketika Fazlur Rahman diminta Presiden Ayyub Khan untuk memimpin Lembaga Riset Islam (Islamic Research Institute), dan tahun 1964 sebagai anggota Dewan Penasehat Ideologi Islam (The Advistory Council of Islamic Ideology), ia berusaha mengabdikan dirinya mewujudkan cita-cita tersebut, yaitu membangkitkan kembali visi Alquran dari puing-puing reruntuhan sejarah.[16]
Sepanjang tahun 1968, terjadi kerusuhan dan pemogokan di mana-­mana yang mengungkapkan keberatan masyarakat terhadap pandangan Fazlur Rahmantentang; (1) Sunnah dan Hadis di mana ia mempertahankan kesahihan dan kenormatifan Sunnah Nabi. (2) Penyembelihan hewan secara mekanis. Pada musim semi tahun 1967, Fazlur Rahman menerima surat dari Kantor Komisaris Tinggi Pakistan di London yang mengabarkan bahwa, pemerintah Inggris meminta Pakistan untuk membuka usaha penyembelihan hewan secara mekanis. Fazlur Rahman kemudian membalas surat tersebut dan mengemukakan bahwa hewan hasil sembelihan mekanis itu halal, serta melampirkan teks fatwa Imam Syafi'i. Namun, secara tidak terduga isi surat Fazlur Rahman itu terbit di media cetak Pakistan tanggal 23 September 1967, sehingga sebagian besar khatib Jum'at mengutuk pandangannya itu.
Menanggapi hal itu, bulan September 1968 Fazlur Rahman mengundurkan diri sebagai Direktur Lembaga Riset Islam. Pada tahun 1969, ia juga melepaskan keanggotaannya dari Dewan Penasihat Ideologi Islam. Karena ada tawaran mengajar dari  University of California, Los Angeles (UCLA), akhirnya mendorong Fazlur Rahman untuk berhijrah ke Amerika, sebagai aktualisasi pemikiran kelak.
3.    Pengembaraan Intelektual Kedua
Salah satu alasan hijrahnya Fazlur Rahman ke Los Angeles, Amerika Serikat dapat dilacak pada sikapnya yang realistis dan sekaligus idealis. la menyadari gagasan-gagasan yang ditawarkannya tidak pernah menemukan lahan yang subur di Pakistan. Padahal menurut tokoh ini, vitalitas karya intelektual sangat tergantung pada suatu lingkungan intelektual yang bebas. Gagasan yang bebas dan gagasan itu sendiri adalah dua kata yang sinonim. Suatu gagasan tidak akan pernah survive tanpa adanya kebebasan. Jadi, pemikiran atau gagasan tentang lslamsama dengan pemikiran yang lain menuntut adanya kebebasan di mana dalam kondisi itu perbedaan pendapat, konfrontasi pandangan, dan perdebatan antara ide-ide itu dapat dijamin.[17]
Selama di Chicago, Fazlur Rahman mencoba mencurahkan seluruh aktivitas kehidupannya pada dunia keilmuan. Seluruh kegiatannya hanya berkisar pada aktivitas yang berkaitan secara langsung dengan aspek keilmuan. Bahkan kehidupannya banyak dihabiskan di perpustakaan pribadinya yang terletak di basement rumahnya yang terletak di Neperville, kurang lebih 70 kilometer dari Universitas Chicago. la sendiri dengan bercanda menggambarkan dirinya seperti seekor ikan yang naik ke atas hanya untuk mendapatkan udara.[18]
Konsistensi dan kesungguhan Fazlur Rahman dalam dunia intelektual dapat dibuktikan dari pengakuan lembaga keilmuan yang berskala internasional. Misalnya, pada tahun 1983 ia menerima penghargaan Giorgio Levi Della Vida dari Gustave E. Von Grunebaum Center for Near Eastern Studies, Universitas California, Los Angeles. Fazlur Rahman adalah orang Islam pertama dan satu-satunya (sampai meninggalnya) yang menerima penghargaan itu.
Pada pertengahan dasawarsa delapan puluhan kesehatan Fazlur Rahman mulai terganggu karena penyakit kencing manisdan jantung yang dideritanya. Bahkan ketika dokter pribadinya telah memberikan lampu kuning agar mengurangi kegiatannya, ia tetap memenuhi undangan pemerin-tah Republik Indonesia pada musim panas 1985. Di Indonesia, Fazlur Rahman tinggal selama 2 bulan, melihat keadaan Islam di negeri ini sambil beraudiensi, berdiskusi, dan memberi kuliah di beberapa tempat. Akhirnya, pada tanggal 26 Juli 1988 ia wafat di Amerika Serikat dalam usia 69 tahun setelah beberapa lama sebelumnya ia dirawat diRumah Sakit Chicago.[19]
B.  Karya-Karya Fazlur Rahman
Kajian dan penelusuran terhadap karya-karya Fazlur Rahman dianggap perlu dalam rangka mencari benang merah gagasan dan pemikirannya yang dibahas dalam tulisan ini. Dalam pembahasan ini, karya-karya yang dihasilkannya yang lebih dari seratus buah, tidak akan diungkap dan dijelaskan semua. Pembahasan hanya ditekankan kepada beberapa karyanya yang dianggap mewakili gagasan sentralnya.
Karya orisinal pertama Fazlur Rahman yang berbentuk buku adalah Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy, yang diterbitkan oleh George Allen and Unwire Ltd., London pada tahun 1958. Dalam buku ini, ia membandingkan antara pandangan kaum filosof dan ahli kalam atau teolog ortodoks mengenai konsep kenabian dan wahyu. Kemudian, karya Fazlur Rahman bersifat historis adalah bukunya yang berjudul Islamic Methodology in History, yang pada mulanya ditulis dalam bentuk artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Islamic Studies, mulai bulan Maret 1962 sampai juni 1963, ketika ia di Pakistan. Karya ini bertujuan untuk memperlihatkan evolusi historis terhadap aplikasi prinsip-prinsip dasar pemikiran Islam yang empat: Alquran, Sunnah, ijtihad, dan ijma', yang menjadi kerangka bagi semua pemikiran Islam, selain untuk menunjukkan peran aktual keempat unsur tersebut dalam perkembangan Islam.
Buku Fazlur Rahman yang lain Islam, ia berusaha menjadikan Islam sebagai agama yang 'hidup' melalui pembedaan antara yang normatif dan historis. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1966 oleh Holt, Rinehart dan Winson. Pada tahun 1968, kembali diterbitkan pada edisi The Anchor Book tanpa ada perubahan. Kemudian pada tahun 1979 terbit edisi kedua yang diberi tambahan epilog.[20]
Dalam buku ini, Fazlur Rahman menyajikan perkembangan Islam selama empat belas abad perjalanan sejarahnya. la mengawali bahasannya dari sejarah Nabi Muhammad, kemudian dilanjutkan tentang Alquran, sunnah, hukum, teologi, filsafat, sufisme, sekte-sekte, pendidikan, serta gerakan pembaharuan, dan kemudian diakhiri dengan analisis kritis terhadap warisan Islam.
Setelah menulis tentang Ibn Sina pada awal kehidupan intelektualnya, Fazlur Rahman kemudian melahirkan karya berjudul The Philosophy of Mulla Shadra. Melalui buku yang diterbitkan pertama kali oleh State University of New York Press pada tahun 1975 itu, dia memperkenalkan secara kritis dan analitis dari pemikiran religio­ filosofis Mulla Shadra (w. 1460 M), salah satu tokoh filsafat Islam.
Sebagai seorang intelektual Muslim, Fazlur Rahman berupaya tanpa henti untuk mencari metode yang tepat dalam menangkap arti Alquran secara utuh dan sistematis, yang melahirkan karyanya berjudul Major Themes of the Qur'an, yangedisi pertama diterbitkan pada tahun 1980 oleh Bibliotheca Islamica, Minneapolia, Chicago. Dalam setup wacana intelektual Fazlur Rahman, Alquran selalu dijadikan sebagai sumber rujukan utama. Wacana ini kembali digaungkannya dalam karya Islam and Modernity. Transforma-tion of an Intellectual Tradition, yang diterbitkan pertama kali oleh the University of Chicago Press, 1982.[21]
Fazlur Rahman kemudian mengangkat masalah kesehatan dan pengobatan dalam perspektif Islam melalui karyanya Health and Medicine in the Islamic Tradition: Change and Identity, yang diterbitkan pertama kali oleh Crossroad, New York, tahun 1987, sebagai karya terakhir, dan lanjutan dari nilai yang terdapat pada karya-karya sebelumnya. Dalam buku ini ia menunjukkan sikap dan pandangan positif Islam dalam menangani masalah-masalah dasar ke-hidupan umat manusia. Fokus perhatiannya diletakkan pada bidang kesehatan, pemeliharaan dan pengobatan.
Selain karya yang berbentuk buku di atas, masih banyak lagi karya Fazlur Rahman yang lain berupa artikel-artikel yang diterbitkan dalam berbagai jurnal ilmiah. Tidak diragukan lagi, bahwa Fazlur Rahman telah memberikan kontri-busi yang cukup berharga bagi pengembangan wacana keislaman modern. Bila ditelusuri lebih lanjut, minimal ada lima aspek yang ditinggalkannya terhadap kajian Islam, khususnya di Amerika Serikat.
Pertama, Fazlur Rahman mampu menggabungkan antara tradisionalisme Islam Sunni, modernisme Islam dan skolastisisme Barat. Kedua, dalam mencari kebenaran, Fazlur Rahman melakukan inovasi secara berani dan apresiatif di antara sikap Islam dan sikap Barat. Ketiga, ia mengenalkan metodologi pengkajian Islam yang bersifat interdisipliner. Keempat, dengan sikapnya yang gentle, spirit dan intelektulitasnya yang tajam, menjadikan Fazlur Rahman dan pemikiran-nya diterima secara luas dalam pengkajian Islam di Amerika Serikat. Kelima, dia telah meninggal-kan warisan pemikiran kepada muridnya yang tersebar di berbagai universitas dan perguruan tinggi Amerika Serikat dan Kanada. Melalui murid-muridnya, gagasan-gagasan yang pernah dikemukakan Fazlur Rahman terus berkembang sampai saat ini.
Dengan lima varian yang ditinggalkannya itu, Fazlur Rahman menjadi salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di dunia Islam dan Barat.

baca kelanjutan makalah di: ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN Bag. 2




[1]Ahmad Syafi’I Ma’arif, Fazlur Rahman, al-Qur'an dan Pemikirannya dalam Islam, Edisi Indonesia, Pustaka, Bandung, 1984.
[2] Taufik Adnan Amal (Peny.), Metode dan Altematif Neo-Modernisme Islam Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1993), h. 13.
[3] Fazlur Rahman, Islam, (Chicago & London: university of Chicago Press; Scond Edition, 1979), h. 35.
[4] Abd. A’la, Dari Neomodernisme ke Islam Liberal: jejak Fazlur Rahman dalam wacana islam indonesia (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2003), h. 33
[5] Nurcholish Madjid, “Fazlur Rahman dan Rekonstruksi Etika Al-Qur’an” dalam Islamika, No. 2, Oktober-Desember, 1993, h. 23-24
[6] Fazlur Rahman, Islam ..., h. 36.
[7] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 181. Lihat juga, Djohan Effendi, Pengantar ke Pemikiran Iqbal (Bandung: Mizan, 1985), h. 13.
[8] Ahmad Syafi’i Ma’rif, Peta Bumi Intelektual Islam (Bandung: Mizan, 1994), h. 135.
[9] Ketika Fazlur Rahman sudah berada di Inggris, ia pernah ditanya oleh seorang pendeta Hindu S. Radhakrisna: “Mengapa anda tidak ke Mesir saja, tapi malah ke Oxford” Rahman menjawab: “Studi-studi islam di sana tidak sama kritisnya dengan India.” Lihat Fazlur Rahman, Islam dan Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition (Chicago: The University of Chicago press, 1982), h.120
[10] Walaupun Fazlur Rahman banyak menimba ilmu pengetahuan dari sarjana-sarjana barat, tapi ia sangat kritis dengan pandangan-pandangan mereka yang berhubungan dengan Islam dan umat Islam. Taufik Adnan Amal dan Ihsan Ali Fauzi, Fazlur Rahman, Sang Sarzana Sang Pemikir (Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1998), h. 10.
[11] Kitab al-Najat adalah ringkasan Ibn Sina sendiri terhadap karya agung, al-Syifa’. Lihat Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum Falur Rahman (Bandung: Mizan, 1993), h. 82.
[12] Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 247.
[13] Taufik Adnan, Fazlur Rahman..., h. 12.
[14] Abd A’la, Modernisme ..., h. 35.
[15] Fazlur Rahman, Islam and Modernity ..., h. 217.
[16] Ibid., h. 230.
[17] Rahman, Islam and Modernity..., h. 125, juga Fazlur Rahman, “Mengapa saya hengkang dari Pakistan” dalam Islamika, No.2 (Oktober-Desember 1993), h. 17.
[18] Wan Mohd. Nor Wan Daud, “ Fazlur Rahman: Kesan Seorang Murid dan Teman,” dalam Ulumul Quran, Vol. II, (No. 8,1991), h. 108.
[19] Abd A’la, Neo-Modernisme, h. 44. Juga Wan Mohd. Nor Wan Daud, Fazlur Rahman, h. 108.
[20] Lihat Ahmad Syafi’i Ma’rif, dalam Kata Pengantar untuk buku Fazlur Rahman, Islam, terj. Senoaji Saleh, (Jakarta: Bumi Aksara. 1987), h. viii.
[21] Abd A’la, Neo-Modernisme, h. 53.

Related Posts:

0 Response to "ISLAM DALAM KONSEP FAZLUR RAHMAN Bag. 1 (makalah lengkap)"