PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DALAM TEORI FILSAFAT Bag. 1

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DALAM TEORI FILSAFAT
Bag. 1
makalah ini membahas tentang teori filsafat, yaitu pembahasan tentang pendidikan dan pengajaran
A.  Latar Belakang Masalah
Sebagaimana diketahui bahwa manusia  adalah sebagai kholifah allah di bumi, Sebagai kholifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang  untuk melaksanakannya, dengan demekian pendidikan merupakan urursan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidup dan apa pula tujuan hidupnya.
Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan  pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan hidupnya
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
B.  Pengertian Filsafat Pendidikan
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.[1]
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisa secara kritis struktur dan manfaat pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuh aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.[2]
Menurut Al Syaibani dalam Jalaludin, filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara untuk mengatur, dan menyelaraskan proses pendidikan.[3] Artinya, bahwa filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya, maka filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusian merupakan faktor yang integral atau satu kesatuan. Sementara itu, filsafat juga didefinisikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan, falsafah tersebut menggambarkan satu aspek dari aspek-aspek pelaksana falsafah umum dan menitik beratkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
C.  Teori Filsafat dalam Memandang Pendidikan dan Pengajaran
Filsafat mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga menjadikan manusia berkembang, maka hal semacam ini telah dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini dituangkan dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itu sistem pengajaranya dapat terarah, lebih dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan peserta didik.[4] Manusia dimanapun dan kapanpun menyelenggarakan usaha pendidikan.Tidak hanya itu, manusia terutama para ahlinya juga memikirkan berbagai hal yang menyangkut usaha pendidikan itu sehingga terungkaplah pemikiran-pemikiran tentang factor-faktor yang mendasari perkembangan manusia (individu) dalam kaitannya dengan usaha pendidikan serta dasar-dasar penyelenggaraan pendidikan yang lebih praktis dan metodologis. Di Indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan, karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Adapun Aliran-aliran pendidikan itu terdiri dari aliran Konvensional dan Aliran baru yang kini sedang berkembang. Penyelenggaraan dan pemikiran tentang pendidikan ini banyak yang secara langsung menerima pengaruh dari pemikiran-pemikiran tersebut diatas, khususnya pemikiran yang“baru: dan “maju” dari luar negeri. Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia terus menerus mengusahakan sistem pendidikan atas dasar Pancasila. Aliran-aliran Teori Pendidikan didasarkan pada konsepsi yang berbeda-beda, yaitu:
1.      Konsepsi dan Aliran Konvensional dalam Pendidikan
Aliran ini terdiri atas 4 pilar utama, yaitu :
a)      Aliran Empirisme
Aliran ini berdasarkan atas konsepsi yang menyatakan bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang di peroleh individu tersebut selama hidupnya. Tokoh aliran ini adalah John locke(1632-1704)seorang filsuf inggris teorinya dikenal dengan Tabulae Rasae(meja ber;apis lilin),yang menyebutkan bahwa anak yang baru lahir ke dunia seperti kertas kosongyang putih bersih. Jhon locke berpendapat anak dilahirkan di dunia ini tanpa pembawaan melainkan tabula rasa, artinya pengalaman yang akan dihadapinya dapat mempengaruhinya untuk membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
b)      Aliran Nativisme
Aliran ini bertolak belakang dengan konsepsi empirisme , yaitu perkembangan individu ditentukan faktor bawaan sejak lahir. Tokoh aliran ini adalah Schopenhaeur seorang fiolsof Jerman yang hidup pada tahun (1788-1880).Yang berpendapat: Bahwa bayi lahir dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk, hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan yang sudah di bawa sejak lahir Prinsipnya , pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya hasil yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologisnya yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diritiap individu.
c)      Aliran Naturalisme
Aliran ini hampir bersamaan dengan aliran Nativisme , tokoh Aliran ini adalah J.Jrousseau seorang filosof Prancis tahun (1712-1778) Rosseau berpendapat dalam bukunya Email ”Semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi menjadi buruk ditangan manusia”. Berbeda denganSchopenhaur, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai bawaaan yang baik, tidak seorangpun anak lahir dengan pembawaan buruk. Namun akan rusak oleh tangan manusia. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat atau bersifat “artificial” , sehingga kebaikan anak-anak yang dimiliki secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara spontan dan bebas. Dengan demikian , aliran Naturalisme menitik beratkan pada strategi  pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya, factor kemampuan individu anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar mengajar.
d)     Aliran Konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William stern (1871-1939) seorang tokoh pendidikan Jerman. Aliran yang berdasarkan konsepsi konvergensi ingin mengawinkan dua aliran yang 180 derajat berlawanan, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi faktor pembawaan dan lingkungan sangat penting

2.      Konsepsi dan Aliran “Baru” dalam Pendidikan
Aliran “konvensional” dalam pendidikan membahas dan menetapkan faktor-faktor dasar yang mempengaruhi perkembangan manusia ( individu) dan menerapkan faktor-faktor dasar ini dalam kaitannya dengan berapa jauh usahapendidikan perlu dilakukan terhadap individu yang sedang berkembang itu. Aliran “baru” dalam pendidikan tidak lagi mempersoalkan perlu atau tidak perlunya pendidikan bagi individu yang perlu dikembangkan adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bermanfaat secara maksimal bagi individu yang sedang berkembang itu dan bagi lingkungan atau masyarakatnya. Disini kita akan membahas beberapa aliran “baru” dalm pendidikan bahan-bahan dalam buku Agus Suyono (1958 dan 1980) dipakai sebagai bahan acuan dalam tulisan ini.
a)      Pengajaran Alam Sekitar
Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari Emmanuel Kant: “Pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta.” Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dengan dan pengertian harus terjalin hubungan yang saling menunjang dan saling memperkuat. Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya.Langkah-langkah pokok pengajaran ini ialah menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati. Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar adalah-Menentang verbalisme dan intelektualisme. Dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak -anak untuk melakukan kegiatan dengan sepenuh hati. Anak-anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif. Bahan yang diajarkan dapat mempunyai nilai praktis bagi anak-anak Salah seorang tokoh pengajaran alam sekitar ialah J. Ligthart (1859-1916) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam sekitar ini dinamakan “Pengajaran barang sesungguhnya”.
b)      Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian didasarkan alam sekitar yang objek-objek pengamatannya dititik-beratkan pada sesuatu pusat tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian manusia dalam menjalani perkembangan hidupnya. O. Declroy (1871-1932) seorang ahli pendidikan bangsa Belgia yang menjadi tokoh pengajaran pusat perhatiahan mengaitkan kebutuhan anak dengan empatinstink pokok yang ada pada diri anak, yaitu instink untuk makan, untuk memiliki dan mempertahankan, untuk melindungi diri dari bahaya dan untuk aktif.
c)      Sekolah kerja ( pendidikan individual dan social)
Aliran ini memandang penting antara seorang individu dengan masyarakat dalam menunjang proses pendidikan, dalam hal ini pendidikan harus seimbang  yaitu untuk kepentingan individu dan untuk kepentingan masyarakat, bagi seorang individu harus di bina agar dirinya dapat berkembang secara penuh menyumbangkan kepandaian, kecakapan dan kemampuannya untuk kepentingan masyarakat, dan sebaliknya masyarakat harus rela menyediakan sesuatu agar setiap warganya dapat mencapai tingkat perkembangan.
       d)  Pengajaran Proyek
W.H Kalipatrik (1871) yang menyelenggarakan suatu system pengajaran proyekprinsip dasarnya bahwa pengajaran itu harus aktif ilmiaj dan memasyarakat. Proyek pada dasarnya adalah tugas yang harus dipecahkan melalui suatu rencana dan penyelenggaraan kegiatan secara baik.Langkah-langkah Pokok Pengajaran Proyek yaitu :

1. Persiapan
2. Kegiatan Belajar
3. Penilaian

3.      Aliran “Tradisional” dan “Maju dalam Pendidikan
Konsepsi pendidikan ada yang cenderung bersifat tradisioanal dan ada yangbersifat bila ia lebih menekankan peranan pendidik dan hal-hal lain di luar anak didik. Sebaliknya suatu konsepsi pendidikan bersifat maju apabila menempatkan anak didik pada kedudukan sentral dalam keseluruhan upaya pendidikan. Di Amerika Serikat berkembang pesat empat aliran filsafat yang masing-masing memberikan penekanan yang berbeda yaitu lebih bersifat tradisional dan maju,yaitu :
a)      Aliran Progesivisme
Tokoh aliran ini adalah John  Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Konsep siprogresivisme memandang bahwa perubahan, dan bukan keadaan tetap,merupakan inti dari kenyataan
b)      Aliran Esensialisme
Aliran Esensial bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang diberikan keduanya besifat eklektic. Artinya dua alirantersebut Bertemu sebagai pendukung esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan, dapat disimpulkan aliran Esensialis memenghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai esensial, yaitu yang teruji oleh waktu, bersifat menuntun, dan telah turun menurun dari zaman ke zaman sejak zaman renaissance.

c)      Aliran Perenialisme
Aliran ini mengajak kepada kita untuk setia terhadap prinsip-prinsip  yang sifatnya abadi , bagi pengikut konsep ini keadaan yang tetap adalah lebih nyata dari pada perubahan , dan keadaan tetap itu lebih ideal dari pada terjadinya perubahan. Tokoh aliran ini adalah Plato, Aristoteles, danThomas Aquino
d)     Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico,  seorang epistemology Italia Ia berpendapat bahwa tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaaan, hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Ia pencipta segala sesuatu itu. Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang melalui pengalaman yang diterima lewat panca indra. Dengan demikian aliran ini menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bias dipindahkan.

4.      Taman Siswa dan Ins sebagai awal Pendidikan di Indonesia
Kedua pendidikan ini lahir sebelum masa kemerdekaan yang sama-sama mengarahkan pada usaha-usaha menuju kemerdekaan bangsa.
a)      Perguruan kebangsaaan Taman Siswa
Didirikan oleh Kihajar Dewantara pada tanggal 03 Juli 1922. Ki hajar Dewantara adalah tokoh politik penentang penjajah Belanda yang mengutamakan gerakannya di bidang pendidikan nasional.Adapun asas-asas Taman siswa adalah :
1)        Menjadi hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri denganmengingat tertibnya persatuan.
2)        Pengajaran harus membimbing anak menjadi manusia yang merdeka.
3)        Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri tanpamengesampingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain.
4)        Pedidika n harus merata untuk seluruh rakyat
5)        Taman siswa harus hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri.
6)        Pendidik harus berhamba pada anak atas dasara sikap tanpa pamrih.
b)      INS ( Indonesische Nederland School )
INS didirikan pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutaman Sumatera Barat oleh Moh. Syafei.Adapun tujuan dari INS adalah :
1)      Mendidik rakyat kea rah kemerdekaan
2)      Memberi pendidika yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
3)      Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat
4)      Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri dan berani bertanggung jawab
5)      Berusaha untuk dapat berdiri sendiri dan tidak bersedia menerima bantuan dari orang lain yang mengurangkan kebebasan.

Sebagai seorang pejuang Moh. Safeii menekankan bahwa Indonesia harus memiliki watak yang merdeka, dengan memberikan alat yang akan menyadarkannya. Dengan dasar konsepsi tersebut INS didirikan dengan memakai system sekolah kerja yang kreatif, untuk ini sekolah menyediakan sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya fasilitasnya pendidikan yang dapat menampung pengembangan bakat anak sesuai dengan kodrat lahirdan batin. Kegiatan pendidikan di INS meliputi bidang-bidang berikut :
1.      Bidang pendidikan Keterampilan
2.      Bidang Pertanian
3.      Bidang Karya seni
4.      Pendidikan manajemen

Untuk merealisasikan pandangan filsafat tentang pendidikan terdapat beberapa unsur yang akan menjadi tonggak untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut, yaitu antara lain:
1.         Dasar dan Tujuan Pendidikan
            Dasar pendidikan yaitu suatu aktifitas untuk mengembangkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga dapat berfungsi sebagai semua sumber peraturan yang akan dicitakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan dan langkah jalur yang menentukan.
Tujuan pendidikan dapat diuraikan menjadi 4 macam, yaitu sebagai berikut:
a)         Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[5]
b)        Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.
c)         Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah perumusan pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.


d)        Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik sesudah ia menyelesaikan kegiatan instruksional yang bersangkutan.
2.         Pendidik dan Peserta didik
Pendidik merupakan individu yang manpu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun segi perkembangan mental.
Setiap anak memiliki pembawaan yang berlainan. Karena itu pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masing-masing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan sesuai dengan keadaan pembawaan masing-masing.
Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.[6]
3.         Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Pasal 1 butir 19 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Tujuan pendidikan yang ingin dicapai itulah yang menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. Dengan kurikulum dan isi pendidikan inilah kegiatan pendidikan itu dapat dilaksanakan secara benar seperti apa yang telah dirumuskan..
Hubungan kurikulum dengan pandangan filsafat adalah dalam bentuk kurikulum yang dilaksanakan. Adapun salah satu tugas pokok dari filsafat adalah memberikan arah dari tujuan pendidikan. Suatu tujuan pendidikan yang hendak dicapai itu haruslah direncanakan (diprogramkan) dalam apa yang disebut kurikulum.
4.         Sistem Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), srategi kegiatan dan tekdik penilaian yang sesuai. Sistem pendidikan merupakan suatu alat, pendidikan merupakan suatu aplikasi dari kebudayaan, yang posisinya itu tidak netral melainkan selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa pendidikan itu dilaksanakan.
Adapun hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikan yaitu:
a)         Bahwa sistem pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik dan atau pola-pola proses pendidikan dan pengajaran yang makna akan dicapai akan dicapai dan dibina tujuan-tujuan pendidikan, dan ini meliputi proplematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik, sampai seni pendidikan (The Art of Education).
b)        Isi moral atau pendidikan adalah berupa perumusan norma-norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan sistem nilai pendidikan atau merupakan konsepsi dasar moral pendidikan, yang derlaku segala jenis dan tingkat pendidikan.
c)         Filsafat pendidikan sebagai suatu sumber lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan, hwkikat dan sifat hakikat manusia, hakikat dan segi-segi pendidikan, isi moral pendidikan, sistem pendidikan yang meliputi politik kependidikan, kepemimpinan pendidikan dan metodologi pengajaranya, pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.





[1] Ruper c lodge, philoshopy of education, Harer & Brother, New York, 1974, h. 23.
[2] Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda. 2008 h. 5-10.
[3]Jalaluddin dan Abdullah, Idi., Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.2002 h. 13.
[4] Rakhmat Hidayat, Pedagogi Kritis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, h. 2.
[5] UU Sisdiknas No. 20 Tahun  2003
[6] Rakhmat Hidayat,  Pedagogi Kritis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, h. 2.

Related Posts:

0 Response to "PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DALAM TEORI FILSAFAT Bag. 1"