LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Bag. 3 (makalah lengkap)

 LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Bag. 3

pada bagian 3 ini akan dibahas landasan pengembangan kurikulum pendidikan agama islam (PAI) tentang landasan sosiologis, landasan teknologis beserta dampak positif dan dampak negatifnya.
G.  Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Pendidikan merupakan proses sosialisasi dan pewarisan budaya dari generasi ke generasi selanjutnya dalam upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu, kelompok masyarakat, maupun dalam konteks yang lebih luas yaitu budaya bangsa. Oleh karena itu anak didik dihadapkan pada budaya, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya.
Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan mengembangkan daya cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia, akan menjadikan tuntutan hidup manusia semakin tinggi pula, untuk itu diperlukan kesiapan lembaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan yang diakibatkan perkembangan kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, sebagai antisipasinya lembaga pendidikan harus menyiapkan anak didik untuk hidup secara wajar sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakatnya, untuk itu diperlukan inovasi-inovasi pendidikan terutama menyangkut kurikulum.[33]
Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini, dan bahkan harus dipersiapkan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang bakal terjadi, dan hal ini juga menjadi tugas dari seorang guru untuk dapat membina dan melaksanakan kurikulum, agar apa yang diberikan kepada anak didiknya berguna dan relevan dengan kehidupan dalam masyarakat.[34]
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin dilakukan jika kita memahami masyarakat tempat ia hidup, karena itu setiap pembina kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi masyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah perubahannya yang sangat cepat seiring perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan-perubahan itu secara otomatis memberikan tugas yang lebih luas dan berat kepada lembaga pendidikan, karena anak yang saat ini memasuki sekolah dasar (SD) akan menghadapi dunia yang sangat berbeda dengan masyarakat 15 atau 20 tahun kedepan saat anak tersebut menyelesaikan studinya di universitas misalnya. Perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum untuk senantiasa ditinjau kembali. Kurikulum yang baik pada suatu saat, bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dalam keadaan yang sudah berubah. Sebagai contoh, dalam kehidupan bermayarakat, anak harus dididik untuk menghargai jasa orang lain, karena di zaman yang semakin maju manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, begitu pula dalam kehidupan berbangsa, setiap negara tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan negara lain, untuk itu anak harus dididik dalam hubungan manusia dengan dunia internasional.[35]
Alasan lain mengapa kurikulum harus berlandaskan sosial budaya adalah bahwa pengajaran akan mencapai hasil sebaik-baiknya bila didasarkan atas interaksi murid dengan sekitarnya. Apa yang dipelajari anak hendaknya hal-hal yang juga terdapat dalam masyarakat, karena itu berguna bagi kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum itu seharusnya merupakan sesuatu yang hidup dan dinamis, mengikuti dan turut serta menentukan perkembangan masyarakat di lingkungan sekolah. Dan karena keadaan masyarakat di tiap daerah itu berbeda, maka hendaknya setiap sekolah di daerah diberi kebebasan pada batas tertentu untuk menentukan kurikulum sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, dengan pertimbangan hal berikut:[36]
1.      Keadaan fisis lingkungan (iklim, mata pencaharian, luas daerah, topografi daerah, keadaan tanah dan kekayaan alam)
2.      Penduduk (jumlahnya, mata pencahariannya, susunan penduduknya, dan latar belakang pendidikannya)
3.      Organisasi-organisasi masyarakat, manusia tidak hidup sendiri, tetapi membentuk kelompok dan organisasi yang mempunyai tujuan dan problem masing-masing.
 Adapun cara menggunakan masyarakat dalam pelajaran adalah dengan hal-hal berikut:[37]
1.      Karyawisata. murid-murid dapat dibawa ke luar kelas untuk mempeajari berbagai hal.
2.      Menggunakan orang sebagai sumber. dalam tiap masyarakat betapapun kecilnya pasti terdapat orang-orang yang mempunyai pengalaman, kecakapan atau pengetahuan yang khusus.
3.      Pengabdian masyarakat. murid diharapkan tidak hanya memperhatikan dan mempelajari, tetapi juga turut serta dalam usaha-usaha memperbaiki keadaan masyarakat.
4.      Pengalaman kerja dalam masyarakat.
Sedangkan tugas yang harus dihadapi oleh para pengembang kurikulum adalah:[38]
1.      Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan dalam undang-undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.
2.      Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.
3.      Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
4.      Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.
Pada ahirnya keputusan yang akan diambil tentang kurikulum akan bergantung pada bagaimana para pengembang kurikulum memandang dunia tempat ia hidup, bereaksi terhadap berbagai kebutuhan yang dikemukakan oleh berbagai golongan masyarakat, dan juga oleh falsafah hidup dan pendidikannya.

H.   Landasan Teknologis
Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan (technology is application of science). Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Produk teknologi tidak selalu berbentuk fisik, seperti komputer, televisi, radio, dan lain sebagainya, tetapi ada juga non fisik, seperti prosedur pembelajaran, sistem evaluasi, teknik mengajar dan sebagainya. Produk teknologi tersebut banyak digunakan dalam pendidikan sehingga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap proses dan hasil pendidikan.[39]
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan baru dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya arahnya tidak hanya bersifat untuk sekarang tetapi untuk masa depan dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan bersama, kepentingan sendiri dan kelangsungan hidup manusia.
Tidak setiap kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membawa keuntungan dan kebahagiaan bagi umat manusia, bahkan sering justru membawa masalah-masalah yang lebih pelik lagi. Demikian pula, tidak setiap perubahan atau pembaharuan berarti kemajuan. Hanya saja, kita sering terlambat mengenal akibat-akibat perkembangan itu.[40] Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup luas, meliputi semua aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri.[41]
Pendidikan, juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi. Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan merupakan salah satu aspek sosial. Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal, sebab pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh keterampilan dan membentuk sikap-sikap tertentu. Kemajuan di bidang komunikasi massa juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan. Sebab media massa juga merupakan media pendidikan. Dengan kata lain, melalui media massa, dapat berlangsung proses pendidikan. Baik tayangan-tayangan yang berbentuk informasi ataupun tayangan yang bersifat hiburan juga mempunyai nilai-nilai pendidikan.[42]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi, materi, atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.[43]
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Di sisi lain, perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK.[44] Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
1.     Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.
2.      Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.[45]
3.     Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi.
Dalam setiap perkembangan atau kemajuan, pasti selalu ada dampak yang timbul, baik itu dampak positif maupun negatif. Begitu juga dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak terhadap pengembangan kurikulum.
a.      Dampak Positif
1.      Pembelajaran Jarak Jauh. Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan.[46] Internet merupakan salah satu bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat membantu kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru secara langsung, siswa sudah bisa mendapatkan materi tanpa harus bertemu langsung dengan guru. Ini akan mempermudah penyampaian materi serta kurikulum menjadi mudah dilaksanakan.
2.      Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Misalnya saja seperti penggunaan LCD dalam pembelajaran. Penyampaian materi dengan metode ceramah, yang kemudian dibantu juga dengan LCD, akan membuat siswa lebih memperhatikan materi pembelajaran dan tidak merasa bosan.
3.      Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui Internet. Siswa dapat menggunakan internet untuk mendapatkan semua informasi tambahan yang mereka butuhkan untuk meningkatkan basis pengetahuan mereka.
4.      Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada proses pembelajaran. Presentasi Power Point dan perangkat lunak animasi dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa secara interaktif. Efek visual yang diberikan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. 
b.      Dampak Negatif
1.      Penyalahgunaan teknologi pengetahuan untuk melakukan tindak kriminal. Seperti yang diketahui bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah.
2.      Menurunnya motivasi dan prestasi belajar serta berkurangnya jumlah jam belajar para remaja rela membolos saat jam sekolah demi bermain game di warnet.
3.      TV merupakan salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menampilkan informasi, hiburan, serta banyak hal-hal menarik lainnya. Namun, segi negatif yang lain dari media TV untuk pendidikan anak adalah, kecenderungan anak untuk mengadakan peniruan dan identifikasi.[47]
Untuk mencapai tujuan yang baik dalam perkembangan IPTEK, ada hal-hal yang harus diperhatikan, yakni:[48]
1.      Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia.
2.      Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas kesejahteraan bangsa.
3.      Pembangunan IPTEK harus selaras dengan nilai-nilai agama, sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4.      pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatan yang dapat memberikan nilai tambah, danpemecahan masalah konkret dalam pembangunan.



KESIMPULAN

Landasan Kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Ada  empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1.      Landasan Filosofis, yaitu asumsi–asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Kajian-kajian filosofis kurikulum menjawab permasalah-permasalahan berkisar:
(1) Bagiamana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan, (2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana seharusnya diajarkan kepada siswa, (3) metode pendidikan apa yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.
Tiga sitem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu Idealisme, Realisme dan Pragmatisme
2.      Landasan Psikologis, adalah asumsi–asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembaangkan kurikulum. dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan (Karakteristik perilaku / pola-pola perkembangan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan bagaimana cara mendidik), dan (2) psikologi belajar (Perkembangan belajar melalui proses peniruan, pengingatan, latihan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, pemecahan masalah). Teori-teori dalam psikologi belajar antara lain: Behaviorisme, Psikologi Daya, Perkembangan Kognitif, Teori Lapangan (Gestalt) dan Teori Kepribadian.
3.      Landasan sosiologis adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Tugas para pengembang kurikulum adalah:
·         Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti dirumuskan dalam undang-undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan sebagainya.
·         Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.
·         Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga kerja.
·         Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka kepentingan masyarakat.
4.      Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. ada hal-hal yang harus diperhatikan, yakni:
5.      Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia.
6.      Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas kesejahteraan bangsa.
7.      Pembangunan IPTEK harus selaras dengan nilai-nilai agama, sosial budaya, dan lingkungan hidup.
8.      pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatan yang dapat memberikan nilai tambah, dan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.

Sumbangsih dari keempat landasan pengembangan kurikulum di atas adalah sebagai berikut:













DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah,  Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Yogyakarta:  Pustaka Pelajar, 2011
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pembangunan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Ladjid, Hafni, H. Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005
Mudyahardjo, Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001
Nasution S., Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
-------------., Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Nurdin, Syafruddin Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching, 2005
Sukmadinata, Syaodih, Nana,  Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
Susilo, Joko, Muhammad, Kurukulum Tingkat Kesatuan Pendidikan, Cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
Syamsul, Huda, Rohmadi,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Araska Pinang Merah. 2012.
Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2012
Zaini, Muhammad,  Pengmbangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, Yogyakarta: Teras. 2009











[1] S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 5
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 19
[3] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 5
[4] Tim Pengembangan MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 16
[5] H. Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 8
[6] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 57
[7] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan..., h. 68
[8] Muhammad Zaini,  Pengmbangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta: Teras. 2009), h. 23.
[9] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 34
[10] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi ..., h. 34
[11] Oemar Hamalik, Kurikulum dan...., h. 19-20
[12] S. Nasution, Asas-asas....h. 52
[13] S. Nasution, Asas-asas....h. 31
[14] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 104
[15] S. Nasution, Kurikulum dan..., h. 22
[16] S. Nasution, Asas-assas..., h. 23
[17] S. Nasution, Kurikulum dan..., h. 22
[18] S. Nasution, Asas-assas..., h. 24
[19] S. Nasution, Asas-asas..., h. 24
[20] S. Nasution, Asas-asas..., h. 24-25
[21] S. Nasution, Asas-asas...., h. 28
[22] S. Nasution, Asas-asas..., h.94
[23] S. Nasution, Asas-asas..., h.96
[24] S. Nasution, Asas-asas..., h.98
[25] S. Nasution, Asas-asas..., h.99-100
[26] S. Nasution, Asas-asas..., h.102-104
[27] S. Nasution, Kurikulum dan..., h. 26
[28] S. Nasution, Kurikulum dan..., h. 26-27
[29] S. Nasution, Asas-asas..., h.61-62
[30] S. Nasution, Kurikulum dan..., h.30-31
[31] S. Nasution, Kurikulum dan..., h.32
[32] S. Nasution, Kurikulum dan..., h.33
[33] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi ..., h. 36
[34] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi ..., h. 36-37
[35] S. Nasution, Asas-asas...., h. 153-154
[36] S. Nasution, Asas-asas...., h. 166-168
[37] S. Nasution, Asas-asas...., h. 169-171
[38] S. Nasution, Kurikulum dan...., h. 24
[39] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pembangunan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 76-77
[40] S. Nasution, Asas-Asas.., h. 156
[41] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 72
[42] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum..., h. 75-76
[43] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum..., h. 78
[44] Oemar Hamalik, Kurikulum dan ...,, h. 22-23
[45] Zainal Arifin, Konsep dan Model.., h. 78
[46] Zainal Arifin, Konsep dan Model.., h.  77
[47] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum..., h. 76-77
[48] Oemar Hamalik, Kurikulum dan..,h. 23


Related Posts:

0 Response to "LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Bag. 3 (makalah lengkap)"