PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(problem based
learning)
Bag. 1
Bag. 1
Metode dan model pembelajaran sangat banyak, dan terus berkembang seiring
perkembangan zaman, Makalah ini membahas dan mengupas metode dan model pembelajaran
berbasis masalah, mulai dari latar belakangnya, pengertian dan ciri
spesifik pembelajaran berbasis masalah, dasar teori, model
pendekatan belajar, seperti behavioristik, kognitif, humanistik,
konstruktivistik, perencanaan, pelaksanaan, sampai assesmen dan
evaluasi pembelajaran berbasis masalah, serta kelebihan dan kelemahan Pembelajaran berbasis masalah.
A. Latar Belakang
Pendidikan
dilaksanakan dengan segala bentuk aktivitas yang memiliki pendekatan, tujuan, dan cara tertentu dengan landasan yang kuat. Landasan itu dibangun untuk
menopang pelaksanaan dan mendukung perkembangan pendidikan dimasa depan yang
semakin kompleks. Semakin kedepan tantangan dunia pendidikan semakin luas, hal ini terbentuk untuk menjawab tuntutan yang berkembang dimasyarakat
sebagai akibat semakin canggihnya pula kemampuan masyarakat dalam berfikir. Oleh
karena itu landasan yang dibangun haruslah kuat, dan kekuatan itu ditentukan
oleh kemampuan berinovasi dalam pendidikan.
Tuntutan
pada pengembangan pembelajaran semakin tinggi. Hal ini
terjadi sebagai akibat dari semakin kompleksnya kehidupan di masyarakat. Kompleksitas itu muncul sebagai akibat munculnya beragam
aktivitas manusia baik secara individu maupun kelompok. Keberagaman tersebut
membawa dampak tersendiri dalam dunia pendidikan yang memerlukan kematangan
terhadap proses dan hasil dalam melaksanakan pembelajaran.
Untuk membantu memiliki kecerdasan
yang mampu menolong dirinya sendiri itu, maka diperlukan pendekatan atau
model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikannya. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil
pembelajaran dipandang kurang mencerminkan kecerdasan yang dimaksud. Kecerdasan
akan dapat dimunculkan melalui kemampuan memecahkan masalah sesuai dengan
kondisi dan potensi yang ada di sekitar masalah tersebut.
B. Dasar Teori
Peningkatan kualitas pembelajaran, yang
mampu membantu manusia untuk menjawab tantangan abad 21 terus berkembang.
Perkembangan tersebut didukung oleh perkembangan ilmu dan teknologi pula
serta yang tidak kalah penting adalah
cara pandang yang lebih luas terhadap kehidupan dan alam semesta. Perjalanan perkembangan pembelajaran telah
dimulai sejak abad 20 dengan lahirnya beberapa pendekatan modern dalam
pembelajaran. Lahirnya teori-teori pembelajaran dan tentang bagaimana manusia
belajar menjadikan pembelajaran berkembang pesat ibarat pohon yang tumbuh
dengan cabang dan ranting yang banyak.
Untuk
melakukan pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa memiliki kemampuan
memecahkan masalah, didukung oleh model pendekatan belajar yakni: 1) Behavioristik,
2)Kognitif, 3) Humanistik dan 3) Konstuktivis.
- Behavioristik.
Merupakan sebuah pendekatan
yang memandang bahwa belajar merupakan perubahan perilaku individu sebagai
hasil interaksinya dengan lingkungan belajarnya.
- Kognitif
Merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memandang
bahwa belajar merupakan produk intelektual manusia dalam interaksinya dengan
alam sekitar dan memahami kedudukan individunya.
Contoh model pembelajaran: attaining concept, discovery
learning.
- Humanistik
Merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memandang
bahwa belajar merupakan proses sosial antar individu yang dapat saling
mendukung.
Contoh model pembelajaran: role playing, inquiry & social model
- Konstuktivistik
Merupakan sebuah pendekatan belajar yang memandang bahwa
pengetahuan didapat dari proses konstruksi berbagai informasi dan pengalaman
yang diperoleh seseorang sesuai dengan kemampuan memandang (persepsi) dan
reaksinya.
Contoh model pembelajaran: problem based learning, cooperative learning.
C.
Pengertian Pembelajaran
berbasis masalah
Pembelajaran
berbasis masalah adalah setiap lingkungan belajar dimana masalah menjadi fokus
utama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tersebut, siswa menghadapi masalah
yang harus dipecahkan. Masalah tersebut diajukan agar siswa menemukan kebutuhan
untuk belajar hingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem
Based Learning merupakan suatu
proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam
suatu lingkungan belajar, selain itu pembelajaran berbasis masalah merupakan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian
masalah secara ilmiah. Sebelum siswa mempelajari suatu hal, mereka diharuskan
mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah
kasus untuk kemudian dilakukan investigasi untuk mencapai tujuan.
Model
pembelajaran berbasis masalah digunakan dengan pengembangan berfikir tingkat
tinggi yang berorientasi dan bertujuan untuk menemukan proses dalam rangka
memecahkan masalah yang dihadapi. Pembelajaran ini dilakukan dengan
pengembangan kreativitas belajar siswa secara individual dan kelompok,
sementara guru berperan sebagai pemberi stimulus, membimbing kegiatan belajar
dan mengorganisasikan mereka pada proses untuk memecahkan masalah. Penerapan
pembelajaran berbasis masalah ini merupakan implementasi dari team learning dan personal mastery yang juga mengacu pada bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada masalah diantaranya project
based instruction, experience based
instruction dan authentic instruction.
D.
Ciri spesifik dari
pembelajaran berbasis masalah
- Pengajuan masalah dan
pertanyaan-pertanyaan
Ciri utama pembelajaran
berbasis masalah ini adalah dengan dikemukakannya masalah pada awal kegiatan.
Masalah yang diajukan diupayan merupakan pengkodisian yang pada akhirnya mampu
ditangkap dan kelola oleh siswa untuk kemudian dikembangkan sebagai masalah
yang akan ditentukan prosedur dan mekanisme pemecahannya. Masalah yang
dikemukakan harslan masalah yang otentik terjadi dan berada dilingkungan
belajar siswa. Selain itu masalah tersebut juga mengandung konflik yang
benar-benar dirasakan sebagai masalah oleh siswa sehingga aktivitas yang
terjadi pada proses pembelajaran nantinya benar-benar nyata dan minat belajar juga
tetap terjaga
- Memiliki kaitan antar disiplin ilmu
Pemecahan masalah yang
dilakukan dalam pembelajaran ini memerlukan keterkaitan antar disiplin ilmu,
sebab justru dengan keterkaitan antar bidang itulah terjadi proses berfikir
tingkat tinggi yang melibatkan segala pengalaman dan pengetahuan yang telah
dimiliki berdasarkan disiplin ilmu apapun yang telah menyatu dalam organisasi
pikirannya untuk digunakan dalam pemecahan masalah.
- Melakukan penyelidikan otentik
Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran ini harus
selalu terkait dengan kehidupan nyata sebagaimana diuraikan diatas, oleh sebab
itu pemecahan masalah yang dilakukan juga dilakukan secara otentik dengan ciri
ilmiah akademik, yakni dengan pengajuan masalah, merumuskan, menentukan
alternatif mengembangkan uji coba dan menarik kesimpulan. Penyelidikan otentik bersumber pada langkah dan
objek formal yang realistis berdasarkan masalah yang diteliti.
- Menghasilkan karya dalam bentuk
produk dan memamerkannya
Proses pembelajaran yang
dilakukan diharapkan menghasilkan sesuatu sebagai hasil penyelidikan, ia bisa
berupa segala rekam jejak aktivitas selama proses pemecahan masalah terjadi
yang berbentuk sebuah model, prototipe atau artefak yang dapat dipamerkan
sebagai upaya diseminasi dan berbagi pengalaman dalam kerangka membangun
pengertian dalam sosial learning dan zone of proximal development
- Kerjasama
Upaya pemecahan masalah yang
mengedepankan kemandirian dalam kegiatannya, selain melibatkan individu dalam
belajar, juga melibatkan kelompok. Oleh karena itu diperlukan strategi bekerja
sama untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
berfikir melalui pemahaman terhadap fikiran orang lain, juga melatih
keterampilan sosial yang lebih luas, misalnya menerima, berbagi dan memberi.
E.
Hasil Belajar dari
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah
mengutamakan pada kemampuan siswa belajar melalui pemecahan masalah yang
dilakukan, sehingga pembelajaran ini tidak merekomendasikan guru untuk
menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya melalui ceramah dan metode
pemberian informasi yang lain. Dalam belajar melalui pemecahan masalah, siswa
dituntut untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual. Selain itu mereka juga diharapkan mampu
belajar berbagadi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata. Pada akhirnya pembelajaran berbasis masalah akan melatih siswa menjadi
pebelajar yang otonom dan mandiri.
a. Keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan
masalah
Berfikir
adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induktif, deduktif,
klasifikasi dan penalaran. Selain itu berfikir merupakan proses simbolik yang
menyatakan obyek nyata dan kejadian-kejadian serta penggunaan pernyataan
simbolik itu untuk menemukan prinsip esensial tentang obyek dan kejadian itu, sebab
berfikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik dan mencapai
kesimpulan berdasar pada inferensi dari fakta dan kasus khusus.
Keterampilan
berfikir diperlukan dalam berbagai penyelesaian masalah. Dalam pembelajaran
berbasis masalah keterampilan ini dituntut lebih yakni hingga pada keterampilan
berfikir tingkat tinggi. Hal ini terjadi karena siswa dihadapkan pada sebuah
masalah yang menuntut pemecahan masalah berdasarkan kemampuan siswa dalam
mengorganisir segala pengetahuan dan pengalamannya serta kondisi eksternal yang
tersedia atau dapat dijangkau. Kondisi tersebut hanya dapat dilakukan dengan
keterampilan berfikir tingkat tinggi.
Berfikir
tingkat tinggi merupakan proses yang unik, yang merupakan nonalgoritmik, yakni
alur berfikir yang tidak sepenuhnya dapat ditentukan sebelumnya. Hal ini terjadi karena
ia bersifat kompleks dengan banyak pertimbangan dan interpretasi sehingga
seringkali menyebabkan ketidakpastian. Proses berfikir tingkat tinggi ini
melibatkan pengaturan diri, pencarian makna dan kerja keras serta pengerahan
segala sumber daya mental dari pelakunya. Dengan demikian berfikir tingkat
tinggi ini menggambarkan proses aktif dari individu.
b. Pemodelan peran orang dewasa
Pembelajaran
orang dewasa menuntut siswa melakukan aktivitas intelektual dalam pemecahan
masalah. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk berkinerja dalam
situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya peran orang dewasa.
Pemodelan
peran orang dewasa dalam pembelajaran berbasis masalah juga merupakan hal
penting untuk menjembatani jarak antara pembelajaran sekolah formal dengan
aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Hal ini
terjadi karena pembelajaran berbasis masalah mendorong kerjasama dalam
penyelesaian tugas, selain itu ia juga memiliki elemen-elemen magang seperti
pengamatan dan dialog dengan orang lain sehingga secara bertahap siswa dapat
memahami peran yang diamtinya. Pembelajaran ini juga melibatkan siswa dalam
penyelidikan yang ditentukannya sendiri sehingga mereka dituntut untuk
menginterpretasikan dan menjelaskan penemuannya dan membangun pemahaman atas
apa yang telah dilakukannya.
c. Terampil dalam melakukan belajar secara independen
Dari
aktifitas belajar yang ditentukan dan dilakukannya sendiri, serta tuntutan
untuk mampu berfikir hingga tingkat tinggi, akan menyebabkan siswa mampu dan
terampil melakukan belajar secara independen. Ia tidak tergantung pada perintah
orang lain. Segala tindakannya dilakukan atas navigasi yang ditentukannya
sendiri berdasar kemampuan dan potensi dirinya.
F.
Landasan Teori
- Pembelajaran Demokratis – John Dewey
Ø Demokrasi dalam pendidikan
Ø Kelas merupakan
laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata
Ø Guru perlu mendorong
siswa untuk terlibat dalam tugas yang berorientasi pada masalah dan membantu
mereka menyelidiki masalh intektual dan sosial
- Pendekatan Konstruktivistik Jean
Piaget
Ø Bagaimana anak
berfikir dan proses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual
Ø
Anak aktif
membangun tampilan dalam otak tentang lingkungan mereka
Ø
Siswa
secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun
pengetahuan mereka sendiri
Ø Siswa harus
dilibatkan dalam situasi dimana anak mandiri melakukan eksperimen
- Pendekatan Konstruktivistik Lev
Vigotsky
Ø Perkembangan
intektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan
menantang.
Ø Interaksi sosial
dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual.
Ø
Zone of
Proximal Development (ZPD)
Ø Fungsi mental yang
lebih tinggi akan muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum
terserap ke dalam individu tersebut
- Pembelajaran Penemuan –
Jerome S. Brunner
Ø Model pembelajaran
yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci
Ø
Perlunya
siswa aktif dalam pembelajaran
Ø
Pembelajaran
terjadi melalui penemuan pribadi
Ø Tujuan pendidikan
tidak hanya pada banyaknya pengetahuan siswa namun menciptakan
kemungkinan penemuan siswa
Ø
Penalaran
induktif dan proses-proses inkuiri
baca kelanjutan makalah dan daftar pustaka di: PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Bag. 2
baca kelanjutan makalah dan daftar pustaka di: PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Bag. 2
2 Responses to "PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Bag. 1 (makalah lengkap)"
ini kok gak ada referensinya, ada gk bukunya mbak
sbelumnya mkasih mas sajidin udh berkunjung, untuk buku referensinya ada kok.. bisa d lihat di Pembelajaran Berbasis Masalah bagian 2.
cekidot.. tengkyu..
Post a Comment